Tuesday, 16 November 2010

PERANAN ROH KUDUS DALAM PELAYANAN FIRMAN ALLAH


Roh Kudus harus dijadikan pendukung utama dalam pelayanan firman Allah jika kita mahu pelayanan firman Allah itu benar-benar menjadi pemangkin bagi pertumbuhan iman para anggota Jemaah.  Kurnia Roh Kudus seperti pemberita Injil, gembala, utusan gerejani dan rasul adalah kurnia yang khusus bagi pertumbuhan gereja[87].

Roh Kudus telah dicurahkan ke dunia pada Hari Pentakosta (Kis 2:1-13) dan sejak itu sangat nyata bahawa Dia bekerja dalam pelayanan di kalangan murid Tuhan Yesus yang telah menyebarluaskan Berita Baik bermula di Yerusalem sampai kepada hujung bumi.  Dari peristiwa ini, kita dapat simpulkan bahawa pelayanan Roh Kudus sangat penting di dalam pemberitaan Injil Kristus lalu rasul Paulus menulis:

Aku juga telah datang kepadamu dalam kelemahan dan dengan sangat takut dan gentar.  Baik perkataanku mahupun pemberitaanku tidak kusampaikan dengan kata-kata hikmat yang meyakinkan, tetapi dengan keyakinan akan kekuatan Roh, supaya iman kamu jangan bergantung  pada hikmat manusia, tetapi pada kekuatan Allah (1 Kor. 2:3-5).

Apabila pemberitaan firman Allah itu hanya bergantung kepada hikmat atau kekuatan manusia sudah pasti pemberitaan itu tidak banyak membawa hasil.  Ramai pengkhutbah yang sudah biasa memulakan khutbah dengan memohon kekuatan daripada Roh Kudus di dalam penyampaian khutbah.  Ini sangat baik dan memang perlu namun peranan Roh Kudus di dalam penyampaian khutbah bermula lebih awal daripada itu.  Ia bermula ketika seseorang itu menerima lahir baru (baptisan) daripada Roh Kudus.  Penerimaan kita akan baptisan Roh Kudus yang akan menentukan sama ada kita mampu berkhutbah dengan kekuatan Roh atau kita hanya bergantung kepada kekuatan dan hikmat manusia semata-mata.  Salah satu kurnia Roh Kudus adalah pelayanan.

Kurnia pelayanan adalah kemampuan istimewa yang diberikan oleh Allah kepada beberapa anggota dalam tubuh Kristus untuk mengenal keperluan-keperluan yang belum dipenuhi yang termasuk suatu tugas yang berhubungan dengan pekerjaan Tuhan serta menggunakan sumber daya yang tersedia untuk memenuhi keperluan-keperluan itu dan membantu mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan[88].

Roh Kudus merupakan anggota Tritunggal yang selalu diabaikan malah ada di kalangan hamba Allah yang terang-terangan menolak-Nya lalu kita tidak hairan apabila penyampaian khutbah itu boleh diibaratkan sekadar memenuhi ruang acara ibadah.  Orang Kristian mengaku percaya kepada Roh Kudus sebagaimana mereka ucapkan dalam pengakuan Iman Rasuli “Aku percaya kepada Roh Kudus” namun sekadar melafazkan kata ‘percaya’ tidak menunjukkan bahawa Roh Kudus diberi tempat utama dalam memimpin kehidupan seseorang terutama jika seseroang itu adalah berperanan sebagai pelayan Firman Allah.

Dalam pada itu, kita akan berusaha untuk mengetengahkan kepada semua pembaca tentang peranan Roh Kudus dalam kehidupan pelayanan Tuhan Yesus dan para murid-Nya selepas Tuhan Yesus naik ke syurga.

A)                Peranan Roh Kudus dalam Pelayanan Tuhan Yesus

Tuhan Yesus telah dikandung daripada Roh Kudus dan membesar di dalam pimpinan Roh Kudus dan Dia adalah Putera yang telah dijanjikan Allah untuk menyelamatkan manusia daripada dosa.  Dia sebagai Anak Allah yang telah menjadi manusia pun tidak memulakan pelayanan-Nya sebelum Dia menerima baptisan Roh Kudus.  Tuhan Yesus mengabdikan diri-Nya sepenuhnya kepada pimpinan Roh Kudus di dalam melaksanakan tugas pelayanan-Nya sehingga mati di kayu salib.  Kita boleh menelusuri proses-proses yang telah dilalui oleh Tuhan Yesus ketika Dia mempersiapkan diri-Nya secara rohani sebelum Dia memulakan pelayanan-Nya[89].

i)                    Roh Kudus telah Membaptis Tuhan Yesus

Lukas 3:22a “...dan turunlah Roh Kudus dalam rupa burung merpati ke atas-Nya...”

Ketika kita membaca ayat ini, apa yag sering berlaku ialah kita hanya melihat tentang upacara pembaptisan air yang dialami oleh Tuhan Yesus tanpa melihat peristiwa yang lebih penting di dalamnya.  Kita diberitahu oleh penulis Injil Lukas bahawa Roh Kudus turun ke atas Tuhan Yesus dalam rupa burung merpati dan suara dari atas kedengaran sebagai satu pengisytiharan tentang Yesus sebagai Anak Allah yang dikasihi-Nya.  Inilah saat Yesus menerima baptisan Roh Kudus yang jauh lebih penting bagi-Nya berbanding pembaptisan air.  Tuhan Yesus sebenarnya tidak perlu menjalankan pembaptisan air sebab Dia tidak berdosa tetapi hanya untuk mengidentifikasikan (menyamakan) diri-Nya dengan manusia yang berdosa (Mat 3:14-15).

Gereja sering membuat istilah yang mengelirukan tentang pembaptisan.  Harus ada usaha untuk membezakan di antara baptisan air dan baptisan Roh Kudus sebab pembaptisan air tidak bererti seseorang itu juga sudah dibaptis dengan Roh Kudus.  Ini dapat dibuktikan dengan tingkah laku orang-orang yang mengaku percaya kepada Tuhan Yesus dan sudah menerima baptisan air tetapi langsung tidak menyedari bahawa mereka menghujat Roh Kudus apabila mereka mengolok-olokkan kurnia Roh Kudus khususnya kurnia bahasa lidah bahkan di kalangan pendeta/pastor pun ada yang terang-terangan menghujat Roh Kudus kerana mereka belum memiliki Roh Kudus.  Bagi Tuhan Yesus upacara pembaptisan air juga adalah upacara yang sama di mana Dia menerima baptisan Roh Kudus.  Peristiwa itu adalah dua dalam satu. 

ii)                  Roh Kudus telah Memimpin Tuhan Yesus

Di dalam Injil Lukas 4:1 tercatat “ Yesus yang penuh dengan Roh Kudus kembali dari sungai Yordan lalu dibawa oleh Roh Kudus ke padang gurun”.

Peristiwa seterusnya ialah Tuhan Yesus dicobai Iblis di padang gurun.  Dalam keadaan lapar setelah berpuasa selama 40 hari dan 40 malam, Tuhan Yesus tidak terpengaruh dengan tipu muslihat Iblis untuk memerintah batu-batu menjadi roti.  Ramai hamba Allah yang begitu mudah jatuh dalam pencobaan sebab selagi belum menerima baptisan Roh Kudus, mereka hanya bersandar kepada kekuatan manusia.

Sebab mereka yang pernah diterangi hatinya, pernah menikmati kurnia syurgawi, dan yang  pernah mendapat bahagian dalam Roh Kudus dan yang menikmati firman yang baik daripada Allah dan kurnia-kurnia dunia yang akan datang, namun yang murtad lagi tidak mungkin akan dibaharui sekali lagi sedemikian sehingga mereka bertaubat sebab mereka menyalibkan lagi Anak Allah bagi diri mereka dan menghina-Nya di depan umum (Ibr 6:4-6)

Mereka yang sudah menerima baptisan Roh Kudus pun tidak ada jaminan bahawa mereka akan terus hidup dalam kebenaran firman Allah kecuali mereka terus menerus hidup dibawa pimpinan Roh Kudus.  Iblis akan berusaha untuk menjatuhkan orang-orang yang diurapi oleh Roh Kudus sebab kejatuhan orang-orang seperti itu akan memberi impak yang besar kepada penyebaran kerajaan Allah di dunia ini.  Jadi, setiap hamba Allah yang sudah memiliki kurnia Roh Kudus harus waspada jangan sampai jatuh dalam dosa sebab mereka yang murtad tidak mungkin akan dibaharui sekali lagi sedemikian sehingga mereka bertaubat sebab mereka menyalibkan lagi Anak Allah bagi diri mereka dan menghina-Nya di depan umum.  Mereka bukan tidak lagi akan diampuni tetapi keadaan sekeliling tidak membantu mereka untuk bertaubat dan kembali lagi kerana Iblis dalam rupa-rupa rakan sepelayanan dahulu tetap akan memandang cerung kepada seseorang yang pernah berada di atas puncak pelayanan tetapi tiba-tiba jatuh dalam dosa.

Hamba Allah yang benar-benar terpilih untuk melayani Allah harus memulakan pelayanannya dengan berpuasa setelah menerima baptisan Roh Kudus sebab ini akan membuatnya lebih peka kepada suara Roh Kudus.  Berilah beberapa waktu untuk berpuasa agar kita mempunyai waktu yang benar-benar bersendirian dengan Tuhan Yesus.

iii)                Roh Kudus Adalah Sumber Kuasa Tuhan Yesus

Dalam Injil Lukas 4:14 tertulis, “Dalam kuasa Roh kembalilah Yesus ke Galilea....”

Ayat ini menjelaskan bahawa Yesus memulakan pelayanan-Nya di dalam kuasa Roh Kudus.  Setakat ini, kita sudah diberitahu bahawa Dia telah menerima baptisan Roh Kudus (Luk 3:22) lalu Dia menjalankan puasa selama 40 hari dan 40 malam di padang gurun yang mana akhirnya Dia dicubai oleh Iblis (Mat 4:1-11) dan kini Dia kembali ke Galilea dalam kuasa Roh Kudus untuk memulakan pelayanan-Nya setelah Dia melalui beberapa proses untuk memurnikan diri-Nya.

Yesus sebagai Anak Allah pun memerlukan kuasa Roh Kudus sebelum Dia memulakan pelayanan-Nya.  Siapalah kita ini yang tidak memerlukan kuasa Roh Kudus untuk memampukan kita menunaikan tanggungjawab sebagai pelayan.  Seorang pelayan firman Allah juga memerlukan baptisan Roh Kudus agar ia mempunyai kuasa untuk menunaikan tugas pelayanan-Nya dengan berhasil.

iv)                Roh Kudus telah Mengurapi Tuhan Yesus

Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Dia telah mengurapi Aku untuk menyampaikan Khabar Baik kepada orang-orang miskin; dan Dia telah mengutus Aku untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang (Luk 4:18-19).

Inilah saat pengisytiharan daripada Tuhan Yesus sendiri secara rasmi bahawa Roh Kudus yang ada pada diri-Nya yang telah mengurapi-Nya untuk menyampaikan Berita Baik, membebaskan orang dalam tawanan, memberi penglihatan kepada orang buta dan mengisytiharkan penyelamatan daripada Allah telah datang.

Ketika Tuhan Yesus melancarkan pelayanan-Nya ayat Alkitab yang paling sesuai untuk dibaca adalah Yesaya 61:1-2 sebab dua ayat ini telah menggariskan bidang-bidang pelayanan-Nya iaitu untuk:-

a)      Memberitakan Berita Baik kepada orang-orang miskin
b)      Menyembuhkan hati yang hancur
c)      Memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan
d)      Memulihkan penglihatan bagi orang-orang buta
e)      Membebaskan orang-orang yang tertindas
f)       Memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang.

Tuhan Yesus dulu pernah membangkitkan Lazarus dari antara orang mati, pernah memulihkan penglihatan Bartimeus, pernah mengusir roh jahat, pelayanan-Nya menghasilkan pertaubatan di kalangan pelacur dan pemungut cukai pun bertaubat.  Yesus mengatakan bahawa kita boleh melakukan lebih besar daripada itu sebab sekarang Dia duduk di sebelah kanan Allah Bapa dan apapun yang kita minta kepada Bapa kita di syurga di dalam nama-Nya akan dikabulkan-Nya (Yoh 14:12).

Bidang pelayanan yang telah dilakukan oleh Tuhan Yesus merupakan contoh bidang pelayanan bagi seorang hamba Allah.  Persiapan rohani yang telah dilalui oleh Tuhan Yesus juga merupakan persiapan rohani yang perlu dilalui oleh seorang pelayan, jauh lebih penting dari latihan akademik agar dia menjadi seorang pelayan yang benar-benar berhati pelayan yang terbeban terhadap pelayanannya.

Kita tidak dapat mengabaikan proses yang telah dilalui oleh Tuhan Yesus sebelum Dia memulakan pelayanan-Nya sebab Dia sebagai Gembala Agung kita adalah teladan yang terbaik.  Seorang pelayan tidak mempunyai pilihan selain mengikuti teladan Tuhan Yesus jika ia mahu menjadi pelayan yang berhasil dan yang melakukan kehendak Bapa di syurga.

B)                 Tujuan Pencurahan Roh Kudus

Pencurahan Roh Kudus pada Hari Pentakosta telah dinubuat oleh nabi Yoel (YL 2:28-29) yang mana rasul Petrus sekali lagi telah merujuknya di dalam Kisah Para Rsul 2:17-18:-

Akan terjadi pada hari-hari terakhir – demikian firman Allah bahawa Aku akan mencurahkan Roh-Ku ke atas semua manusia; anak-anakmu laki-laki dan perempuan akan bernubuat, dan teruna-terunamu akan mendapat penglihatan-penglihatan dan orang-orangmu yang tua akan mendapat mimpi.  Juga ke atas hamba-hamba-Ku laki-laki dan perempuan akan Ku curahkan Roh Ku pada hari-hari itu dan mereka akan bernubuat.

Allah telah menunaikan janji-Nya seperti yang dinubuatkan oleh nabi Yoel pada Hari Pentakosta bila Dia mencurahkan Roh-Nya.  Sekarang ini adalah hari-hari terakhir sebelum kedatangan Tuhan Yesus untuk kedua kalinya.  Di antara tujuan Allah mencurahkan Roh-Nya kepada dunia ialah:-

i)                    Menginsafkan Dunia

Dalam Injil Yohanes 16:8 tercatat, “Dan kalau Ia datang Ia akan menginsafkan dunia akan dosa, kebenaran dan penghakiman”.  Kedatangan Tuhan Yesus ke dunia memungkinkan dosa yang tidak diketahui sebelumnya kini diketahui.  “Sekiranya Aku tidak datang dan tidak berkata-kata kepada mereka, mereka tentu tidak berdosa.  Tetapi sekarang mereka tidak mempunyai dalih bagi dosa mereka” (Yoh. 15:22).

Pemberitaan firman Allah tidak akan mampu menyedarkan anggota Jemaah jika ia tidak disertai dengan kuasa Roh Kudus sebab hanya kuasa Roh Kudus yang mampu menyedarkan anggota Jemaah tentang dosa-dosa mereka sehingga mereka bertaubat.

ii)            Memberi Kelahiran Baru

Percakapan di antara Nikodemus dan Tuhan Yesus (Yoh 3) merupakan prosess kelahiran baru di mana ia bermula dengan kelahiran dari atas dan seterusnya dilahirkan dari air dan Roh.  Dilahirkan dari atas hanya membolehkan kita melihat kerajaan Allah (ayat 3) sementera dilahirkan dari air dan Roh (ayat 5) memampukan kita masuk ke dalam kerajaan Allah[90].

Seorang pengkhutbah hendaklah seorang yang sudah dilahirkan baru sebab pelayan seperti ini akan peka terhadap pimpinan Roh Kudus dan mampu memimpin orang lain untuk mengalami lahir baru.  Pertumbuhan hidup rohani seseorang sesudah dilahirkan baru, di antaranya adalah seperti berikut[91].

a)      Semakin mencintai Allah Bapa, Anak dan Roh Kudus (Mrk 12:30);
b)      Hidup dalam kuasa Roh kudus (Ef 5:18);
c)      Buah-buah Roh Kudus kelihatan bekerja di dalam hidupnya (Gal 5:22-23);
d)      Bertambah dalam pengetahuan akan firman Allah (2 Tim 3:16-17);
e)      Rindu menghadiri persekutuan orang Kristian (Ibr 10:25);
f)       Rindu bersaksi tentang Tuhan Yesus (Mat 28-19-20);
g)      Tidak akan berkompromi dengan dosa (Kis 5:29); dan
h)      Mampu datang kepada Allah melalui puji-pujian (Mzm 22:4).

C)                 Tujuan baptisan Roh Kudus

Baptisan Roh Kudus adalah penting bagi orang Kristian dan untuk memahaminya kita perlu kembali kepada ayat-ayat Alkitab yang telah menyentuh tentang baptisan Roh Kudus.  Matius 3:11, Lukas 3:16, Markus 1:8 dan Yohanes 1:33 mengatakan bahawa Yesus sendiri yang akan membaptis kita dengan Roh Kudus.

Ketika kita menerima Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan penyelamat peribadi secara rohani kita telah menerima Roh Kudus (Yoh 20:22) tetapi setakat itu Roh Kudus belum mampu bekerja secara aktif di dalam kehidupan kita kerana Roh Kudus belum dibebaskan dari dalam hati kita.  Ketika Tuhan Yesus membaptis kita dengan Roh Kudus[92], itulah saat pembebasan Roh Kudus.  Menerima Roh Kudus diibaratkan kita meminum segelas air sementara baptisan Roh Kudus adalah diibaratkan kita terjun ke dalam kolam mandi[93].  Air di dalam sebuah gelas dan air di dalam sebuah kolam mandi sama sifatnya tetapi dengan ukuran yang berbeza.  Orang yang meminum segelas air tidak akan kelihatan kesan di luar tubuhnya tetapi seseorang yang baru keluar dari kolam mandi, semua orang yang melihatnya akan mengetahui bahawa dia baru sahaja keluar dari kolam mandi.  Dia akan mengalami beberapa perubahan:  pakaiannya basah yang perlu diganti dengan pakaian baru (pembaharuan hidup), kalau ada kotoran yang melekat pada tubuhnya telah dibersihkan (penyucian) dan seorang yang sudah bersih tidak akan mencemarkan dirinya dengan perkara-perkara yang kotor (Why 3:4 - pengasingan diri dari dosa).

Orang Samaria dalam Kisah Para Rasul 8 telah dilahirkan dari atas, percaya kepada Tuhan Yesus dan dibaptis dengan air tetapi mereka belum menerima baptisan Roh Kudus sehingga rasul Petrus dan Yohanes menumpangkan tangan ke atas mereka.  Penerimaan baptisan Roh Kudus adalah bukti bahawa kita benar-benar telah bertaubat sebab Simon, ahli sihir itu, tidak datang untuk menerima baptisan Roh Kudus kerana di dalam hatinya dikatakan bahawa masih banyak kejahatan yang tersembunyi (Kis 8:21-23).  Dia sudah dibaptis dengan air dan percaya kepada Tuhan Yesus tetapi ia belum bertaubat.

Seseorang yang belum diperbaharui hatinya tidak mungkin ia mahu menerima baptisan Roh Kudus sebab dosa adalah penghalang utama untuk menerimanya terutama dosa tidak percaya kepada firman Allah.  Dalam kitab Kisah Para Rasul telah tercatat empat peristiwa yang merujuk kepada baptisan Roh Kudus (2:1-4; 8:7; 10:44 dan 19:6) tetapi seseorang yang belum bertaubat tidak mungkin ia rindu untuk mengalaminya.

Melalui baptisan Roh Kudus kita akan menerima kepenuhan Roh Kudus (Kis 4:31 dan 9:17) dan penerimaan baptisan Roh Kudus adalah atas pilihan kita sendiri.  Walaupun Tuhan Yesus mengetahui bahawa kita memerlukan baptisan Roh Kudus khususnya di kalangan pelayan firman Allah, selagi kita tidak mahu melangkah di dalam iman untuk menerimanya, Yesus tidak pernah memaksanya ke atas sesiapapun juga.

Tuhan Yesus adalah Anak Allah, dikandung daripada Roh Kudus (Luk 1:35) dan membesar dalam pimpinan Roh Kudus tetapi kita tahu bahawa Dia hanya memulakan pelayanan-Nya setelah Dia dibaptis dengan Roh Kudus[94].  Siapalah kita ini yang tidak memerlukan baptisan Roh Kudus!  Di antara tujuan baptisan Roh Kudus:-

i)              Membebaskan Kurnia-Kurnia Roh Kudus

Kurnia-kurnia Roh Kudus seperti yang tercatat di dalam 1 Korintus 12:7-10 tidak dapat diterima dengan hanya berdoa sahaja.  Kurnia-kurnia itu akan mula beroperasi di dalam kehidupan seseorang apabila ia sudah menerima baptisan Roh Kudus sebab baptisan Roh Kudus yang akan membebaskan kurnia-kurnia Roh yang sebenarnya sudah pun diberikan kepada kita.

Iman yang boleh memindahkan gunung yang mana Tuhan Yesus maksudkan di dalam Matius 17:20 dan Matius 21:21 adalah iman yang merupakan kurnia Roh Kudus.  Yakobus juga merujuk kepada hal yang sama apabila ia mengatakan bahawa doa orang yang benar akan menyembuhkan orang sakit (Yak 5:15-16). [95]

Kurnia Roh Kudus yang sering kali menjadi tanda pertama bahawa seseorang itu telah menerima baptisan Roh Kudus adalah bahasa lidah (1 Kor. 14:4) kerana kurnia ini khusus untuk membangun diri sendiri.  Membangan diri sendiri maksudnya menguatkan iman kita sehingga kita memperoleh kurnia iman.  Seorang pelayan yang mahu membangunkan iman Jemaahnya, ia perlu terlebih dahulu membangunkan imannya sendiri barulah ia dapat membangunkan iman orang lain.  Sebah itu, bahasa lidah biasanya adalah kurnia Roh Kudus yang pertama-tama diterima apabila seseorang itu menyerahkan dirinya sepenuhnya kepada Tuhan Yesus melalui baptisan Roh Kudus[96].

Kalau kita dipenuhi oleh Roh Kudus sudah pasti bahasa lidah yang meluap keluar dari bibir kita sama juga dengan orang yang penuh dengan minuman keras sudah tentu bahasa minuman keras (bahasa aramai iti) yang akan keluar dari bibirnya [97].

ii)                  Memimpin Mengetahui Fikiran Allah

Ketika kita berkhutbah, kita menyampaikan firman Allah.  Bagaimanakah kita tahu dengan pasti bahawa apa yang kita sampaikan itu adalah kehendak Allah?  ‘Tetapi melalui Roh-Nya, Allah menyatakan rancangan-Nya kepada kita.  Roh Allah menyelidiki segala sesuatu bahkan rancangan Allah yang tersembunyi sekalipun” (1 Kor. 2:10).  Ayat ini menunjukkan betapa pentingnya kuasa Roh Kudus di dalam hidup seorang pelayan sebab dia hanya dapat mengetahui kehendak Allah apabila ia dipimpin oleh Roh Kudus.

iii)                Memberi Kuasa Untuk Berkhutbah

Berkhutbah memerlukan kuasa dan Yesus telah berjanji untuk mengutus Roh Kudus kepada murid-murid-Nya yang sedang menunggu di bilik atas “....bersama-sama dengan mereka, Ia melarang mereka meninggalkan Yerusalem dan menyuruh mereka tinggal di situ menantikan janji Bapa...” (Kis 1:4).  Yesus berkata “...sebab Yohanes, membaptis dengan air tetapi tidak lama lagi kamu akan dibaptis dengan Roh Kudus”  (Kis 1:5).  Lalu Ia berkata lagi, “Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di Yudea dan Samaria dan sampai ke hujung bumi (Kis 1:8).

Sepanjang catatan Kisah Para Rasul yang memakan masa kurang lebih 30 tahun, orang-orang percaya menerima baptisan dan kepenuhan Roh Kudus (Kis 2:4; 8:17; 10:44 dan 19:6).  Bandingkan Kisah Para Rasul 4:31, di mana murid-murid Tuhan Yesus dipenuhi kembali dengan Roh Kudus:  “Dan ketika mereka sedang berdoa, goyanglah tempat mereka berkumpul itu dan mereka semua penuh dengan Roh Kudus, lalu mereka memberitakan firman Allah dengan berani”.  Keberanian untuk memberitakan kebenaran firman Allah tanpa rasa takut adalah hasil daripada kepenuhan Roh Kudus[98].

Kita diberitahu oleh Injil bahawa setelah Yesus dibangkitkan dari mati, murid-murid-Nya telah bertemu dengan-Nya.  Tetapi selama empat puluh hari Tuhan Yesus berada di atas bumi selepas Dia dibangkitkan, tidak ada catatan dalam Injil bahawa murid-murid-Nya sudah mula menyebarkan Berita Baik melainkan mereka kembali kepada pekerjaan mereka yang lama.  Petrus adalah mantan nelayan lalu ia kembali menjadi nelayan.  Injil melaporkan bahawa Yesus menemukan mereka di tepi danau sedang menangkap ikan sama seperti waktu dahulu ketika Yesus memanggil mereka untuk menjadi penjala manusia.

Keberanian mereka untuk memberitakan Berita Baik terjadi selepas Roh Kudus turun ke atas mereka pada Hari Pentakosta (Kis 2:1-4).  Keberanian kita untuk memberitakan firman Allah tanpa takut juga akan terjadi apabila kita menerima baptisan Roh Kudus.

Gereja Tuhan Yesus dimulakan pada Hari Pentakosta.  Pada hari itu, khutbah pertama telah disampaikan yang telah menyebabkan 3,000 jiwa menyerahkan hidup mereka kepada Tuhan Yesus.

Dasar pelayanan Gereja Tuhan Yesus  yang benar-benar mengikut ajaran Alkitab adalah Kisah Para Rasul fasal 1 hingga 4.  Para pemimpin gereja yang mahu membangun gereja mereka secara rohani perlu mengkaji kembali empat fasal pertama dalam Kisah Para Rasul sebab itulah dasar sebuah gereja yang kukuh.  Namun pada zaman sekarang, kita jarang mendengar seorang gembala berkhutbah tentang 4 fasal pertama itu kecuali Kisah Para Rasul 2:41-47.  Ramai gembala yang merindukan kehidupan Jemaahnya seperti itu tanpa memikir mengapa kehidupan Jemaah yang pertama sedemikian rupa: mereka bertekun dalam pengajaran, persekutuan dan sebagainya.  Semua itu adalah akibat dari apa yang terjadi pada Hari Pentakosta, pencurahan Roh Kudus.

iv)                Memberi Kuasa Untuk Bersaksi bagi Yesus

Pemberitaan firman Allah adalah bersaksi tentang Tuhan Yesus.  Seorang pengkhutbah tidak ada alasan yang munasabah yang membolehkan dia hidup tanpa kuasa Roh Kudus sebagai penyampai firman Allah sebab Tuhan Yesus telah berjanji bahawa Roh Kudus apabila Ia turun nanti akan memberi kuasa kepada murid-murid-Nya menjadi saksi-Nya.

Walau bagaimanapun, menjadi saksi bagi Tuhan Yesus tidak terhad kepada kegiatan penginjilan atau berkhutbah sahaja melainkan kehidupan kita sendiri yang akan menjadi saksi bahawa Yesus diam di dalam diri kita lalu menarik orang lain untuk datang kepada Tuhan Yesus [99].

Petrus yang dahulunya pernah menyangkal Tuhan Yesus dapat bersaksi tentang Dia dengan begitu berkesan sekali sehingga 3,000 jiwa telah menerima Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan penyelamat peribadi mereka pada kali pertama ia berkutbah.  Ini semua disebabkan oleh baptisan Roh Kudus[100].

Murid-murid Tuhan Yesus sanggup disengsarakan dan menurut tradisi gereja rasul Yohanes dalam keadaan setengah mati telah dibuang ke Pulau Patmos.  Itu semuanya adalah kerana baptisan Roh Kudus yang membuatkan mereka  hidup penuh penyerahan (Flp 1:20) sehingga mereka sanggup mengorbankan nyawa untuk Tuhan Yesus[101].  Jika para pelayan gereja memiliki hidup penuh penyerahan, gereja mampu mencapai kemandirian.

v)                  Memberi Sinar Baru Terhadap Firman Allah

Yang terutama harus kamu ketahui ialah bahawa nubuatan-nubuatan dalam Kitab Suci tidak boleh ditafsir menurut kehendak sendiri sebab tidak pernah nubuatan dihasilkan oleh kehendak manusia tetapi oleh dorongan Roh Kudus, orang-orang berbicara atas nama Allah (2 Ptr 1:20-21).

Petikan ini menjelaskan bahawa kita tidak dapat mentafsirkan firman Allah dengan kekuatan sendiri sahaja melainkan kita perlu menjadikan Roh Kudus sebagai Guru untuk mengajar kita akan erti firman Allah.  Kita tidak mampu menyelam ertinya hanya semata-mata atas daya usaha kita sendiri atau kemahiran kita di dalam bidang eksegesis melainkan Roh Kuduslah yang akan memimpin kita ke dalam seluruh kebenaran Alkitab (Yoh 16:13).  Paulus menulis “sebab Injil yang kami beritakan bukan disampaikan kepada kamu dengan kata-kata sahaja, tetapi juga dengan kekuatan Roh Kudus dan dengan suatu kepastian yang kukuh” (1 Tes 1:5a).

1 Korintus 2:14 menjelaskan bahawa soal-soal rohani hanya dapat difahami oleh mereka yang rohani.  Kebenaran firman Allah tidak terhad kepada apa yang tertulis di dalam Alkitab sahaja melainkan yang tersurat juga.  Injil Yohanes 14:26b mengatakan bahawa Dialah (Roh Kudus) yang akan mengajar segala sesuatu kepada kita dan akan mengingatkan kita akan semua yang telah dikatakan oleh Tuhan Yesus.  Mereka yang sudah dibaptis dengan Roh Kudus dapat mentafsirkan Alkitab dengan lebih tepat dan dapat menerapkannya ke dalam kehidupan manusia sebab mereka melakukannya atas pimpinan Roh Kudus.

Mereka yang berpendidikan teologi, pelayanan mereka akan lebih berhasil sekiranya mereka rela menyerahkan hidup mereka kepada Tuhan Yesus melalui baptisan Roh Kudus.  Paulus mempunyai pelayanan yang lebih luas dan berhasil berbanding rasul-rasul yang lain kerana ia adalah seorang yang terpelajar dan diurapi oleh Roh Kudus.  Ini membuktikan bahawa Allah menggunakan kelulusan akademik yang kita memiliki bagi kemuliaan-Nya tetapi sekiranya kita tidak rela menyerahkan hidup kita untuk melayani Dia dengan sungguh-sungguh, kelulusan akademik yang kita miliki tidak bererti bagi-Nya.

Bila kita sedar bahawa Roh Kuduslah yang mengajar kita tentang kebenaran Firman Allah, semangat kita akan dibangkitkan untuk lebih mendalamkan pembelajaran kita tentang Alkitab.  Ini akan menyelamatkan kita dari dua sikap yang salah terhadap penafsiran Alkitab[102].

a)         Kita menganggap bahawa atas usaha manusia untuk mempelajari/menafsir Alkitab kita sudah menjadi pakar Alkitab.  Dalam 1 Korintus 8:2 mengatakan bahawa jika ada orang menyangka bahawa ia mempunyai sesuatu ‘pengetahuan’, maka ia belum juga mencapai pengetahuan sebagaimana yang harus dicapainya.  Pengetahuan di sini adalah pengetahuan tentang Allah dan kebenaran-Nya.
b)         Sikap tidak menaruh keyakinan kepada Allah untuk mengajar kita tentang kebenaran firman-Nya.  Ini dapat dibuktikan dengan adanya pelayan firman Allah yang tidak mahu menerima kuasa daripada Allah melalui baptisan Roh Kudus.

Tidak ada seorangpun yang yang layak menerima baptisan Roh Kudus kerana itu bukan sesuatu yang kita peroleh melalui usaha kita melainkan ia adalah pemberian percuma daripada Allah.  Satu-satunya syarat yang telah ditetapkan oleh Alkitab untuk menerimanya adalah pertaubatan yang sungguh-sungguh (Kisa 2:38) sebab hanya mereka yang sudah bertaubat dengan sungguh-sungguh yang menyedari akan kelemahan mereka lalu hati mereka tergerak untuk datang kepada Tuhan Yesus untuk menerima baptisan Roh Kudus yang memberi kuasa kepada mereka (Kis 1:8).  Kita perlu ketahui bahawa baptisan Roh Kudus adalah kurnia Roh Kudus dan ia tersedia bagi semua yang percaya kepada Tuhan Yesus sama ada yang ada sekarang atau mereka yang akan datang nanti sebanyak yang akan dipanggil oleh Tuhan kita (Kis 2:39).

D)        Roh Kudus Asas Pertumbuhan Iman Jemaah

Roh Kudus sebagai asas pertumbuhan iman para anggota Jemaah menuntut kita untuk memberi komitmen yang serius terhadap pelayanan Roh Kudus sebab tanpa pelayanan Roh Kudus sukar bagi anggota Jemaah mengalami pertumbuhan iman.  Apabila pelayanan Roh Kudus diabaikan:-

1)      Para pelayan firman Allah tidak mampu menyampaikan khutbah yang berkesan sebab mereka hanya bersandar kepada kekuatan manusia sahaja lalu khutbah kita tidak mampu membangun iman para anggota Jemaah;
2)      Kehidupan pemimpin/pelayan tidak menjadi teladan yang baik sebab kehidupan mereka tidak ada perbezaan dengan kehidupan orang-orang yang tidak mengenal Tuhan Yesus;
3)      Para pelayan firman Allah tidak mempunyai kesaksian hidup yang baik sebab mereka tidak dapat mengasingkan diri dari dosa seperti kemabukan, rasuah, penyalahgunaan kuasa dan sebagainya;
4)      Pengertian firman Allah di kalangan pelayan adalah terlalu terhad (1 Kor. 2:14) yang menyebabkan bukan sahaja iman mereka yang tidak bertumbuh tetapi mereka cenderung untuk mengkufuri (menghujat) Roh Kudus (Mat 12:31-32) dan menyesat para anggota Jemaah daripada kebenaran; dan
5)      Mereka yang diharap-harapkan untuk mengajar akan kebenaran firman Allah kerana mereka inilah yang berpengetahuan tentang Kitab Suci ternyata mereka hanya menjadi penghalang bagi mereka yang ingin masuk ke dalam kebenaran firman Allah sedangkan mereka sendiri tidak mahu masuk ke dalamnya (Luk 11:52).

Berdasarkan lima perkara di atas, kita tidak ada pilihan selain memberi tempat yang sewajarnya kepada Roh Kudus di dalam kehidupan kita dan juga di dalam pelayanan gereja agar iman para anggota gereja akan bertumbuh.







[87] Peter Wagner, Manfaat Karunia Roh, Malang: Gandum Mas, hlm 11
[88] Peter Wagner, Manfaat Karunia Roh, Malang: Gandum Mas, hlm 228
[89] Sebahagian dari Khutbah penulis di Capel STS pada 18/9/2000.
[90] Di dalam teks yang lebih tua, ia menggunakan kata ‘dilahirkan dari atas’ dan bukan dilahirkan kembali.  Dilahirkan dari atas lebih tepat ertinya sebab kelahiran kembali adalah pekerjaan misteri Roh Kudus.  Perkataan ‘melihat’ (ayat 3) dan ‘masuk’ (ayat 5) dalam Bahasa Indonesia diterjemahkan dalam Bahasa Melayu dengan satu perkataan sahaja iaitu ‘menikmati’.  Terjemahan ini telah menghilangkan proses kelahiran baru yang dimaksudkan oleh Tuhan Yesus ketika Ia berbicara dengan Nikodemus.  Penulis pernah meminta penjelasan daripada Dr Daud Soesilo sebagai salah seorang yang terlibat secara langsung di dalam penterjemahan Alkitab ke dalam Bahasa Melayu.  Penjelasan yang ia telah berikan ialah kalau di Indonesia, panggilan ‘kakak’ bagi saudara yang lebih tua daripada kita belum tentu ia merujuk kepada seorang perempuan sebab di Indonesia sama ada perempuan atau lelaki, kedua-duanya dipanggil kakak tetapi di Malaysia panggilan kakak adalah khusus bagi saudara tua perempuan.  Penulis menyimpulkan bahawa bila satu kata pun ada dua ertinya, dua kata yang berlainan sudah pasti tidak mempunyai erti perincian yang sama.
[91] Yakub Ng, Gembala Anglikan, khutbah dalam Seminar Kerohanian Jemaah PCS Sinsuran pada tahun 1993.
[92] Dennis & Rita Bennett, The Holy Spirit and You, Old Tappan: Bridge Publishing, hlm 16-22.
[93] Ernst Leduning, Gembala SIB dalam khutbahnya ‘Alkitab dasar Kemandirian Gereja’ dalam Seminar Kerohanian Jemaah PCS Sinsuran pada tahun 1993.
[94] Gary D. Kinnaman, And Sign Shall Follow, Old Tappan: Chosen Books, hlm 35.
[95] David Pytches, Come Holy Spirit, Toronto: Holder and Stoughton, hlm13-14
[96] Gary D. Kinnaman, And Sign Shall Follow, Old Tappan: Chosen Books, hlm 59
[97] Ernst Leduning, Gembala SIB dalam khutbahnya ‘Alkitab dasar Kemandirian Gereja’ dalam Seminar Kerohanian Jemaah PCS Sinsuran pada tahun 1993.
[98] Gary D. Kinnaman, And Sign Shall Follow, Old Tappan: Chosen Books, hlm 59-66
[99] Ibid hlm 33-34
[100] James Muyau khutbah dalam Seminar Kerohanian Jemaah PCS Sinsuran pada tahun 1993
[101] Ernst Leduning, Gembala SIB dalam khutbahnya ‘Alkitab dasar Kemandirian Gereja’ dalam Seminar Kerohanian Jemaah PCS Sinsuran pada tahun 1993
[102] T. Norton Strerret, How to Understand Your Bible, Bombay: Joyti Pocketbooks, hlm 14-15.

Sunday, 7 November 2010

Forbidden Meats

SIX REASONS: WHY CHRISTIAN SHOULD NOT EAT PORK AND SHRIMP

Christians, who adhered to the Bible's health guidelines, especially those found in Leviticus 11, are sometimes accused of being "arbitrary" in their decisions about which Old Testament laws were relevant to Christians under the New Covenant. Is that true? Why do I refrain from eating pork and shrimp?  In understanding the Moses Laws, we have to investigate the New Statement writings whether it was specifically abolished or not.  One typical example is in Mathew Chapter 5-7 which was called "The Sermon on the Mount".  These three chapters dealt with certain Old Testament Laws.  In the Old Testament, it was 'eye for an eye and tooth for a tooth' but under the New Testament it was 'love your enemy'.  As such, when we dealt with the forbidden meats as categorically stated in Leviticus 11, we had to apply the same principle in arriving whether the Old Testament Laws still hold water or not.  As far as the forbidden meats in Leviticus 11 are concerned, there are six reasons why Christians should not eat pork and shrimp and other meats as stated therein.    

REASON 1

In Mark 7, Jesus made it clear that spiritual "cleanliness" is not affected by what goes into our mouth and stomach. But does that mean God doesn't care what we put in our body or how we take care of our body? By abstaining from those meats listed as unclean in the Bible, I made a statement about God: I believe God cares about the whole person: spirit, soul and body!

REASON 2

It seems logical to me that God would not provide such an elaborated categorisation in Leviticus 11 of those animals which are clean vs. unclean unless the distinction had some basis in physical reality.  Many of the animals labelled as "unclean" were primarily scavengers.  They do not have the kind of multiple digestive systems that the cud-chewers do, so the poisons that they consumed go directly into their flesh. Only the unclean animals are regular hosts to such parasites as the trichina worm.

Isn't it amazing that almost every cookbook notes that we should always be extra careful to fully cook pork to a well-done state, but they never mentioned that their unspoken reason is so that we will be sure to kill the trichina worms in their little cysts!


It is an accepted fact that much of the pork produce in the country, even with all the "modern" health precautions, probably contains trichina.  Anyway, trichina worms were parasites that were always present in the flesh of the pig as hereditary worms.  Health authorities also warn against eating shell fish at certain times of the year because they are poisonous then. They don't bother to mention that the shellfish have the same scavenging habits all year long that cause this problem. Trichinosis and possible poisoning is bad enough, but the unclean animals are host also to much more serious problems for humans. The AIDS virus and other serious diseases may have been spread by humans eating contaminated monkeys and/or other unclean animals.  It is be noted that most of our physical sickness were originated from the types of foods that we normally eat and our eating habits as well.

By abstaining from those animals listed as unclean in the Bible, I am making another statement about the nature of God: I do not believe God is capricious and arbitrary.

REASON 3

All of the same reasoning about "law and grace" which some attempt to apply to "do away" with the Sabbath and Holy Days is also used to "do away" with any notice of the distinction of unclean meats.  It is imperative to note that the Sabbath was not changed by the main stream Christians but in order to honour the resurrection of the Saviour then it is natural that we have our rest day on Sunday. Furthermore, if Christians stick to the Sabbath then there is nothing new.  In 1 Corinthians 5:17, it was stated the old had passed and the new had come.  


By abstaining from unclean meats, I am making an effort to be consistent in the way I view the issues of law and grace: What I eat or don't eat doesn't "earn" me salvation. It doesn't make me "more spiritual" than the next person. It is not a question of going to hell when you die since you eat the forbidden meats but it may make you go to heaven faster than expected.   By eating the forbidden meats, we are exposing ourselves to all types of diseases as medical field had made extensive research on several of the forbidden meats (animal meats, fish and shell).  Prawn had very high cholesterol contain, non-scaled fish had high uric acid that caused gout.   It doesn't "earn Brownie Points" with God when we abstain from the forbidden meats but it makes sense to me to just accept God's word at face value on what He had said about the clean and the unclean meats.  Questions may be asked then why God created those unclean meats?  We have to acknowledge that the existence of those forbidden meats had some benefits to the eco-system.  Some of the seashells may be used as cleaning agents for the sea water as some are scavengers, eating on dirts.

REASON 4

God did not first make the distinction among animals known at Mount Sinai. Noah knew of the distinction centuries before the "Law" was given on Mount Sinai-and long before Israel (Jacob) started the family later known as the nation of Israel.  Noah took seven pairs of each clean animal and only one pair of each unclean animal on the ark.  I see no reason to think that the distinction was created just at the time of the Flood.  It would seem most logical that it had been made at creation.  Given all the other evidence in scripture, I cannot imagine that pig had been used as a burn offering!  It makes sense to me that this distinction, which didn't "start" with the giving of the Old Covenant, had not "ended" by the coming of the New.

In Matthew 5:17-18, “Do not think that I have come to do away with the Law of Moses and the teachings of the prophets.  I have not come to do away with them but to make their teachings come true.  Remember that as long as heaven and earth last, not the least point not the smallest detail of the Law will be done away – not until the end of all things.” Based on these verses, it vividly shows that what was written in Leviticus 11 as forbidden foods remained as they were.

Christians normally quote Acts 10:15: The voice spoke to him again, “Do not consider anything unclean that God has declared clean”  In Peter’s vision, he saw a large white sheet being lowered by its four corners to the earth and it contained all kinds of animals, reptiles and wild birds which  were considered forbidden meats by the Jews.   This incident could not be used as a declaration from God that those forbidden meats in Leviticus 11 now under the New Testament could now be eaten as God already declared them as clean meats.  In understanding the Bible, we need to study what happened before and after the event.  In this incident, Peter was hungry.  Hence, he was thinking of foods.  However, after the vision, he did not see a banquet table which was full of various kinds of meats, clean and unclean but there were two men standing by the gate looking for him as they were sent by Captain Cornelius who was a Gentile.  A Gentile is considered as unclean by the Jews.   So it was not pork (Leviticus 11) that God had declared as clean but the non-Jews.

REASON 5

Only clean animals were sacrificed to the Eternal.  Sacrificial animals all represented Christ.  Under the Law, sheep, goats, cattle, doves and pigeons were the only animals sacrificed. But Noah sacrificed one of every kind of clean animal at the end of the Flood, so in one way, you might say they all can represent Christ. Given:
  1. The principle of sacrificing only clean animals
  2. The fact that the priests and the people ate parts of the sacrifices
  3. The fact that Jesus said his disciples are to "eat his flesh"
For me there is a symbolism in abstaining from unclean meats year around that is similar to the reason for eating unleavened bread during one season of the year. Eating only clean meats represents for me "taking in" only the pure truth of Jesus, not feasting on a hodgepodge of false doctrines and pagan symbolism, and accepting and following false prophets and false messiahs.

REASON 6

No one really believes that every food is good for our body especially nowadays with all the pollution and contamination and the profit making attitude of the business world.  Health consideration seems to be the last thing in their mind.  In Leviticus 11, it listed out the various types of fish that could be eaten and that could not be eaten.  Some fish are really containing high uric acid that caused gout such as manta-rays, sting-rays, sharks, etc.

We all have our own list of "abominable" foods - for many Christian people their food would include dogs, cats, horses, spiders, alligators, centipedes, etc.  The reasoning of some folks on eating unclean meats is the same as it is for deciding to observe the pagan holidays - "I don't have to keep any days God listed in the Bible. but I can keep other days for all my own reasons." Likewise, they may say, "I can eat anything I want to, but here's the list of what I don't want to."

I believe it would make sense that we a list of "abominable things" to be in line with God’s list as in Leviticus 11 rather than we invent our very own list only to suit our own purpose.  To be spiritually and physically healthy, follows God’s Law of Health Guidelines.



Tuesday, 2 November 2010

Perana Gembala Dalam Pertumbuhan Iman Jemaah

             

Pelayanan rasul Paulus merupakan suatu pelayanan yang didorong oleh kuasa kebangkitan yang ada pada dirinya sehingga ia rela berkorban dan rela bersama Kristus supaya kebangkitan Kristus semakin dinikmati oleh banyak orang. .  Paulus berkata bahawa dia telah menerima gerakan kuasa kematian di dalam dirinya supaya gerakan kuasa kebangkitan itu ada pada kita (2 Kor. 4:12).  Menurut Stephen Tong, apa yang dikatakan oleh Paulus itu adalah erti pelayanan yang sesungguhnya[1].  Seorang pelayan sejati rela berkorban demi kehidupan anggota Jemaah yang dilayaninya seperti kata Tuhan Yesus bahawa gembala yang baik (Yoh 10:11) rela berkorban bagi kawanan dombanya manakala gembala upahan akan meninggalkan kawanan dombanya apabila ia berhadapan dengan bahaya.

Tugas utama seorang gembala adalah memberitakan Injil.  Menurut Dr Peter C. Wagner, pemberitaan Injil adalah alat utama bagi pertumbuhan[2] iman anggota Jemaah.  Dengan itu, sangat penting bagi seorang gembala menyedari akan panggilannya sebagai pelayan dan tanggungjawab yang datang bersama dengan panggilan itu.

i)              Panggilan Sebagai Pelayan

Seorang gembala bukan sahaja penting untuk memiliki hidup baru (lahir baru) tetapi juga harus jelas tentang panggilan Tuhan di dalam hidupnya sebab memiliki lahir baru sahaja tidak cukup untuk menjadi seorang pelayan yang berhati pelayan.  Ia akan menghadapi masalah di dalam menjalankan tugas pelayannnya jika tidak ada panggilan yang jelas sebab ia tidak akan terbeban dengan tugasnya.  Martin Luther pernah dilaporkan sebagai berkata, “Jika seseorang tidak jelas tentang panggilan Tuhan baginya untuk melayani, adalah lebih baik ia melarikan diri dari tugas yang kudus itu sebab tugas sebagai gembala tidak boleh dilakukan dengan sembarangan sahaja[3].  Ungkapan ini menunjukkan bahawa tugas seorang pelayan tidak boleh dipandang remeh.

Menggembalakan domba Allah bukan kerana minat, mengejar pengaruh atau mengejar kemewahan atau glamour melainkan untuk memimpin anggota Jemaah berdamai semula dengan Allah (Rm 5:11) dan tugas ini idak boleh dilakukan dengan sambil lewa sahaja.  Tugas ini menuntut kejujuran dan kesetiaan yang tidak berbelah bagi.

Allah tidak menjadi kemampuan seseorang yang hebat sebagai ukuran apabila Ia memanggil seseorang menjadi pelayan-Nya melainkan keserupaannya dengan Tuhan Yesus serta kesediaannya untuk dipakai oleh Tuhan.  Pelayanannya yang pertama ialah meninggikan Yesus di dalam hidupnya dan yang kedua ialah mengasihi Yesus lebih daripada pelayanannya.  Ia harus mengasihi Dia dengan segenap hati, jiwa, akal budi dan kekuatannya (Mrk 12:30).

Yesus adalah contoh yang terbaik sebagai hamba yang melayani.  Di dalam Injil Yohanes 13, kita dapat membaca bahawa Yesus telah membasuh kaki murid-murid-Nya.  Dia telah melakukannya sebagai contoh kehidupan pelayan yang benar-benar terpanggil untuk menjadi pelayan.

ii)            Panggilan Sebagai Pengkhutbah

Gembala sebagai pengkhutbah berperanan untuk menyampaikan apa yang Tuhan ingin sampaikan kepada Jemaah-Nya atau sebagai penyambung lidah Allah (Yer 15:19).  Sebagai pengkhutbah dia harus mengerti kehendak Tuhan dan menyelami visi Tuhan bagi Jemaah-Nya.  Ini boleh dicapai apabila seorang gembala itu memiliki hati yang sudah diperbaharui[4].  Seorang gembala harus peka terhadap situasi dan keperluan anggota Jemaahnya yang sebenar.  Ia juga berperanan untuk menyatakan kebenaran atau hukum Tuhan di tengah-tengah Jemaah sebab itu adalah sangat penting seorang gembala berani menyatakan kebenaran dan keadilan Tuhan agar anggota Jemaah disedarkan akan sesuatu hal.  Dia akan mampu melakukannya apabila ia sendiri sudah memiliki kebenaran tersebut.

Seorang pengkhutbah tidak seharusnya menggunakan kesempatan berkhutbah untuk menembak anggota Jemaah.  Perbuatan seperti itu menyebabkan sesebuah khutbah itu menyeleweng daripada kebenaran firman Allah sebab dia bukan menyampaikan firman Allah melainkan hanya ingin melafazkan perasaan geramnya.  Panggilannya sebagai pengkhutbah adalah untuk membangun, mendorong, menggalak dan menghibur anggota Jemaah agar semangat mereka lebih dikuatkan lagi untuk melibatkan diri di dalam kegiatan gereja dan menyumbang idea-idea yang mampu membangunkan gereja, membangunkan iman Jemaah dan membangkitkan semangat kerjsamsa di kalangan anggota Jemaah.

iii)          Panggilan sebagai Pengajar

Di dalam 2 Timotius 2:15, rasul Paulus menegaskan kepada Timotius bahawa peranan seorang gembala adalah untuk mengajar tentang kebenaran firman Allah tanpa rasa malu.  Dia harus tetap setia di dalam tugasnya walau apapun keadaannya.  Tugas seorang gembala adalah menggembalakan kawanan domba Allah melalui pengajaran firman Allah.  Seorang gembala bertanggungjawab untuk mengajar anggota Jemaah bagi membantu mereka mengetahui kebenaran (Yoh 8:31-32) sebab kebenaran itulah yang akan membebaskan mereka untuk menyembah Allah di dalam roh dan kebenaran.

Masalah di kalangan anggota gereja yang masih tidak mampu membebaskan diri dari ikatan kebiasaan-kebiasaan dunia mungkin disebabkan mereka tidak pernah diajar tentang suatu kebenaran.  Peranan gembala adalah mengajar anggota Jemaah tentang seluruh kebenaran firman Allah tanpa memilki sikap yang enggan menyatakan sesuatu yang dirasakan menyinggung perasaan para anggota Jemaah walau pun itu adalah firman Allah atau yang lebih teruk lagi kerana ia sendiri akan terkena tempias dengan kebenaran itu.

iv)          Panggilan Sebagai Pemimpin

Gembala atau pastor/pendeta adalah gelaran bagi seorang yang memenuhi persyaratan sebagai pemimpin gereja sebab gembala juga adalah pemimpin.  Seorang pemimpin perlu mengambil satu pendekatan yang bersepadu untuk memimpin Jemaah.  Di dalam usaha untuk memimpin Jemaah, seorang gembala tidak seharusnya terlalu menekankan tentang kuasa yang dimilikinya sebagai pemimpin melainkan peranan kepemimpinan-nya itu hendaklah dimanfaatkan sepenuhnya untuk memimpin Jemaah ke arah jalan Tuhan[5].   Cara pendekatan dalam kepemimpinan harus bijaksana (1 Tim 5:1-5), setia dan jujur, tidak ada pilih kasih melainkan semua anggota Jemaah dilayani sama rata.

Seorang gembala harus ada strategi yang baik dalam membangunkan pelayanan penggembalaannya agar senang baginya untuk mengevaluasikan keberkesanan pelayanannya.  Gembala sebagai pemimpin juga berperanan sebagai pentadbir gereja.  Untuk membangun sebuah Jemaah, seorang gembala harus memiliki perancangan yang terperinci dan sistematik demi kelancaran perjalanan pelayanan dan pentadbiran gereja.

Seorang pemimpin seharusnya berjalan mendahului anggota Jemaah di dalam sebarang kegiatan Jemaah supaya anggota Jemaah didorong untuk sama-sama ikutserta.

Seorang pemimpin harus taat sepenuhnya kepada Tuhan dan harus memiliki kerendahan hati untuk memimpin sesama manusia.  Yesus sendiri telah merendahkan diri sehingga Ia mati di atas kayu salib sebagai teladan tentang hati yang paling nyata taat kepada Allah sampai mati (Flp 2:2-11).

v)            Panggilan sebagai Pembimbing

Seorang gembala mempunyai peranan yang sangat penting sebagai hamba Allah kerana ia bukan sahaja diharapkan untuk membimbing anggota Jemaah bertumbuh di dalam kehidupan rohani mereka tetapi ia juga diharapkan untuk membimbing mereka keluar dari masalah yang mungkin ada sangkut paut dengan masalah psikologi[6].  Ini telah menyebabkan seorang gembala menjadi tumpuan bagi anggota Jemaah apabila mereka mempunyai masalah.  Senario ini terjadi sebab seorang gembala adalah yang paling dekat dengan anggota Jemaah sebagai gembala yang menggembalakan mereka.

Oleh hal yang demikian, seorang gembala perlu melengkapkan dirinya dengan pengetahuan dunia pembimbingan Kristian supaya ia dapat memainkan peranannya yang serba menyeluruh dengan lebih berkesan sama ada dalam bidang pelayanan kerohanian mahupun dalam bidang pelayanan pembimbingan.  Peranan pembimbingan Kristian di dalam sesebuah Jemaajh kini semakin penting kerana keperluannya semakin nyata sebab manusia juga semakin maju.  Kemajuan yang dikecapi itu datang dengan berbagai-bagai masalah yang merumitkan lagi tugas seorang gembala sidang.

vi)          Panggilan Sebagai Imam

Seorang gembala sidang bukan hanya berperanan sebagai nabi tetapi juga berperanan sebagai imam yang akan mendamaikan manusia dengan Allah.  Ia berperanan untuk membawa orang-orang yang berdosa untuk kembali kepada jalan Tuhan (1 Ptr 2:9 & Ibr 7:22-25).  Yesus sebagai Imam Besar yang hidup akan menjadi pengantara mereka.  Seorang gembala sidang yang sudah dilahirkan baru akan menjadi alat pendamai di antara manusia dan Allah.  Matius 5:9 berkata, “Berbahagialah orang yang membawa damai kerana mereka akan disebut anak-anak Allah”.

Seorang gembala berperanan sebagai pendoa syafaat.  Dalam keluaran 32:30-32, Musa berdoa kepada Tuhan untuk keampunan dosa umat Israel.  Musa telah menjadi alat pendamai di antara umat Israel dengan Allah.  Di dalam 2 Timotius 2:24-26,  seorang gembala berperanan sebagai pendamai, mendamaikan orang dengan Allah agar mereka akan bertaubat, menasihati orang agar tidak bertengkar melainkan berkelakuan lemah lembut.  Yesus juga berperanan sebagai pendamai di antara Allah dan manusia.


Sekiranya apa yang disarankan di atas dapat dimanfaatkan dengan sepenuhnya oleh para pelayan Gereja, ada kemungkinan besar bahawa anggota Jemaah kita akan mencapai peningkatan taraf ekonomi sebagaimana yang kita harap-harapkan.


[1] Stephen Tong, Pelayan Yang Berkorban, Surabaya: Lembaga Reformed Injil Indonesia, hlm 5.
[2]. Peter Wagner, Manfaat Karunia Roh, Malang: Gandum Mash lm 173
[3] Rev. Thomas Tsen, Nota Kuliah, Pelayanan Pastoral, Semester 2, 2000
[4] Ibid
[5]. Rev. Thomas Tsen, Nota Kuliah, Pelayanan Pastoral, Semester 2, 2000
[6] Pastor Judy Berinai, Nota Kuliah, Kaunseling Pastoral, Semester 1, 1999